Bagian 2
1.
TERLALU PAGI
2.
KAU NYINYIR DALAM
PANGGILAN
3.
SAODAH NGINTIP
4.
KIDUNG SASTRA ANAK
NEGERI
5.
BERLABUH DISECANGKIR
KOPI
6.
KANGKAM RAYAP KANTOR
7.
KANGKAM CEMPOR
DIKEGELAPAN
8. KANGKAM SENARAI CINTA
9. PEPELING KATRESNA
10. KANGKAM KASUNYATAN
TERLALU PAGI
By. Kangkam Galih Pamungkas
Terlalu pagi menyeduh kopi,
Cangkir pun tak menggantung
lagi,
Habis tertumpuk dengan cucian,
Yang baunya pun sangat
menguar.
Kusulut
sepotong rokok,
Yang sejak
siang terbaring diasbak,
Sisa hisapan
tak kulanjutkan,
Karena aku
sedang enggan.
Air didih kucari wadah,
Kutemukan lumur disudut meja,
Tertindih serakan buku,
Kusam dan berdebu.
Seruput
pertama aku terlena,
Asap rokokpun
mengepuli kamar,
Teguk kedua
aku beliak,
Didalam lumur
ada kecoak.
Lumur terbanting tanpa
sengaja,
Menggenang kopi diatas meja,
Kuhisap rokok tambah celaka,
Menyulut bibir ternyata bara.
Medio, 13 April 2018 pukul 17:58
KAU NYINYIR DALAM PANGGILAN
By. Kangkam Galih Pamungkas
Kidung asma Sang Pencipta dan
Insan Kinasih,
Mengalun digunung, mengawang
di cakrawala,
Elus sukma mandikan jiwa,
Yang sesungguhnya telah
merenta.
Lafazd adzan
bilal di surau,
Tembang
pengingatan juga panggilan,
Sekedar
bersideku di sehelai amparan, ber-ibadah,
Sajadah
syukur dan pengaduan.
Namun…
Telinga menuli rasa, tutup
pendengaran
Sepasang mata membuta, menutup
pangdangan,
Berkopiah tak bersedekah,
Ber-hijab cadar tak hilang
nyinyir,
Bersongkok di kepala, mengais
Aamiin.
Lafazd adzan
masih mendengung,
Susuri lorong
kota dan jalan desa,
Mengukir
pengakuan,
Menggambar
ke-Esa-an,
Menggoreskan
ke-Maha-an,
Mengguritkan
keberkahan,
Melukiskan
keyakinan.
***************
((Nyinyir – Suka mengkritik
orang lain terus menerus secara pedas.
Ngomel, bawel, cerewet, gossip
sana-sini))
SAODAH NGINTIP
By. Kangkam Galih Pamungkas
Aku tersipu malu sendiri,
Dibalik gedek sepasang mata,
Terbuka lebar tatapku nanar,
Saat kumandi dengan telanjang.
Peduli setan
dan kuntilanak,
Kusabuni pula
kupunya anak,
Irama desah
Nyi Saodah,
Bertambah
resah juga gelisah.
Handuk lusuh kubalut asal,
Sang pengintip nampak
menyesal,
Rasa iba belas kasihan,
Pura-pura handuk tertanggal.
Medio, 13 April 2018 pukul 18:21
KIDUNG SASTRA ANAK NEGERI
By. Kangkam Galih Pamungkas
Kidung sastra,
Kutulis diatas dewangga,
Rasa, resah, gelisah, cinta
dan luka,
Bara goresan anak negeri.
Kidungan
digurit Reka,
Sastra
digores Cahaya Hidupku,
Ro Meo
menulis resah,
Holid
mengemas asmara.
Tembang binal di lukis Audya,
Sajak puja dirangkai Indah
Cahaya,
Perjalanan dituang Agus
Irwanto,
Dilengkapi pena sang Ruvio.
Wong Sabrang
Lor tuliskan gejolak jiwa,
Pupuh jawa
digerai Nidular Sam,
Puisi sendu
diramu Pandu,
Basar Mayar
menyeduh syahdu.
Medio, 17 April 2018
BERLABUH DISECANGKIR KOPI
By. Kangkam Galih Pamungkas
Gugusan malam menyisakan penat,
Tikam lelah serasa porandakan tubuh,
Saat pagi menjauh, aku bangun tanpamu,
Kopi yang seduh telah membeku.
Matahari
muram sama sepertiku,
Lunglai
disisa pacuan semalam,
Tilam
noda saksi bisu,
Nyanyian
asmara aku dan kamu.
Kuhirup kopi nyalakan lagu,
Tembang biduan mendayu-dayu,
Nyanyikan cinta dimasa lalu,
Aku diam juga termangu,
Ditingkap
jendela angin mengintip,
Tawarkan
bunga diwajah iri,
Kuangkat
lagi secangkir sepi,
Labuhkan
asa pada sang kopi.
Medio, 17 April 2018
KANGKAM RAYAP KANTOR
By. Kangkam Galih Pamungkas
Rayap digedung menjulang,
Dibawah kubah kemegahan,
Berjas dasi kadang peci,
Bertopengkan lisan madu.
Rayap
diatas kursi dibalik meja,
Makannya
empedu, minumnya darah jelata,
Kitabnya
kepalsuan dibawah tanda tangan,
Sajadahnya
kedustaan.
Rayap menggeliat menyusuri
jalanan, Menjilat aspal,
Rayap merayap kedalam hutan, Makan
pohonan,
Rayap meluruk tembus bangunan,
Gerogoti semen,
Rayap menyusup ke jilid buku,
Belajar tipu-tipu.
Rayap
bermuka manis, mengemis,
Rayap
berwajah dusta, berpura-pura,
Rayap
menabur uang, tangguk kemenangan,
Rayap
marak turun kepasar.
Rayap berdasi, temui petani,
Rayap berpupur, ngurusin dapur,
Rayap berpeci, jumpai santri,
Menabur uang hasil korupsi.
Rayap
mengganas merayap-rayap,
Minum
makan uang rakyat,
Rayap
menggilas bersenyap-senyap,
Tak
peduli rakyat melarat.
Medio, 19 April 2018
KANGKAM CEMPOR DIKEGELAPAN
By. Kangkam Galih Pamungkas
Ku
buka sejilid kitab,
Buku
kusam masa lalu,
Pena
khayal berleleran tinta khayal,
Bermandi
tipuan di ke-apatis-an.
Halaman pertama kidung pembuka,
Sebotol vodka berukir dendam,
Bergambar pose iblis nyengir,
Menawarkan nista nya neraka.
Lembar
kedua penuh robekan,
Lukisan
tattoo berdaun ganja,
Selinting
terbangkan sukma,
Walau
sungguh jauhi surga.
Kubuka lembar berikutnya,
Serbuk putih sabu bertebaran,
Bubuk lembut khayalan jiwa,
Penghantar ajal keneraka,.
Kututup
lembaran akhir,
Ada
wajah halus terukir,
Bak
pelita digelapan,
Cempor
penuntun jalan.
Medio, 18 April 2018
KANGKAM SENARAI CINTA
By. Kangkam Galih Pamungkas
Bacalah,
Tanpa
harus menerima begitu saja,
Berpikirlah,
Tanpa
harus bersikap sombong,
Yakinlah,
Tanpa
harus bersikap fanatic,
Dan,
jika anda memilik pendapat,
Kuasai
dunia dengan kata-kata.
Medio, 18 April 2018
PEPELING KATRESNA
By. Kangkam Galih Pamungkas
Duh nu geulis, pupunden katresna
akang,
Cinta akang moal gedag ka angina,
Sanajan urang paanggang, tong
rempan.
Satungtung anjeun satia, teu
kagoda kupangbibita.
Geulis…sagara
cinta nu ku urang keur disorang,
Sangkan tetep
waluya kudu dijaga,
Ku pangaji diri,
sing tarapti,
Ulah tepi
karogahala.
Duh nu geulis…
Kabagjaan nu pohara, sakitu seueur
dodoja,
Harungan sok rajan datang,
Ti jajaka nulian, nawarkeun rasa.
Nyai panutan
akang…kade lumampah sing panceug,
Cocobi nu
nyiliwuri, ti jajaka gandang pertentang,
Tong dugi
ngajadikeun anjeun salah tincak,
Ti gebrus ku
pangbibita.
Medio, 19 April 2018
NASEHAT CINTA
((Duh jelita, kekasih pujaan
kakang,
Cinta kakang, takan goyah oleh
angin,
Biarpun kita berjauhan, janganlah
engkau takut,
Selama engkau setia, tidak terkena
oleh rayuan.
Jelita,
lautan cinta yang sedang kita arungi,
Agar
tetap utuh, harus dijaga,
Oleh
rasa hati, dengan sangat rapih,
Jangan
sampai ternoda.
Duh jelita,
Kebahagiaan yang begitu besar,
begitu sarat dengan cobaan,
Rintangan begitu saja datang,
Dari lelaki lain, menawarkan rasa.
Nyai…teladan
diriku, melangkah harus pasti dan hati-hati,
Ujian
yang berdatangan dari lelaki lain yang gagah dan tampan,
Jangan
sampai menjadikan dirimu, salah melangkah, jatuh kedalam rayuan))
Medio,
15 April 2018
KANGKAM KASUNYATAN
By. Kangkam Galih Pamungkas
Kangkam di gunung, mendengung
Kangkam di air, mengalir
Kangkam di angin, semilir
Kangkam di bumi, meresap.
Kidungan kangkam,
disenandungkan
Mengukir pasir,
Tembang kangkam,
digumamkan
Menepuk air.
Kangkam kasunyatan ‘Ngerti Sak
Durunge Winarah’
Kidung pembuka
Bantala Dukkha
Tangis
menggelombang diawang-awang
Berteman kakang
kawah adi ari-ari
Dalam gema adzan
dan kidung syukur.
Kangkam di laut, memggelombang
Kangkam di pasir, menelisir
Kangkam di jiwa, menjiwai
Kangkam di sukma, ngerasani.
Kidung kedua
Bantala Samudaya, Timimbal lahir
Meneguk arak,
berkecipak asmaragama
Mendadarkan nafsu
angkara
Gelora didalam
bara.
Kidung ketiga Bantala Nirodha,
Merogoh Sukma
Samadhi dipuja-puji
Lantunkan sesal didalam diri
Bertekuk luruh pada Illahi.
Kidung keempat
Bantala Magga
Kangkam bersarung
warangka Samma
Melarung diri
dala As-ha.
Medio,
12 April 2018
Tentang Kangkam Galih Pamungkas :
Dilahirkan di Jakarta pada 22 Oktober 1963, dengan nama
Gunawan Budiraharjo. Anak ketiga pasangan Yakub Soprodjo dan Ijah ini sejak
kecil memiliki kesukaan menulis Puisi, Cerpen dan Novel Silat.
Dunia seni sudah banyak digeluti, sejak remaja pria yang
kerap di sapa Ghea ini sudah menampakan bakat seninya, melukis, menari, menyanyi
hingga menjadi vokalis group band yang dibentuk bersama teman-teman di era 90
an, menjadi penyiar disalah satu radio swasta mengasah bakat lain sebagai MC
dibeberapa event.
Mengenyam pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan
tinggi dikota kembang Bandung membuat laki-laki yang juga pemegang sabuk Hitam
Dan II Karate-Do ini, kental berbahasa Sunda. Dalam beberapa puisi yang
dibuatnya Kangkam menuangkan pikirannya dalam bahasa daerah tatar Pasundan
tersebut.
Dalam menuangkan buah pikirannya Kangkam dapat dibilang
NYLENEH, puisi berbau seksualitas kerap jadi bahan tulisannya, hal ini
dipengaruhi hobi membacanya.
Proses pendewasaan pula yang pada akhirnya Kangkam
menulis beberapa puisi berdasar ajaran Islam yang dianutnya, dan dari beberapa
sumber yang dibaca.
Di dunia maya selain menggunakan nama Kangkam, dia
memiliki beberapa akun FB dengan Nama : Ghea Respati Gunawan, Reka Raffaela, Raffaela
Reka, Cempaka Ayu, Busur Ayu, Kasandra Pamela Anjarani dan Kian Santang ini tak
pernah berhenti menuliskan Hobinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar