10 PUISI - KANGKAM GALIH PAMUNGKAS
LIST
PUISI :
1. 11 JURUS KANGKAM KENYA
2.
KANGKAM BIRAHI
3.
KANGKAM SEPOTONG HATI
4.
KANGKAM ASMARA
5.
KANGKAM SETANGGI CINTA
6.
KANGKAM PENGADUAN
7.
KANGKAM PAMUNGKAS
8. KANGKAM SEBATANG GLAGAH
9. KANGKAM GELISAH
10.
AUDYA NAMAMU
11 JURUS KANGKAM KENYA
By. Kangkam Galih Pamungkas
Alup
srigala ngambah nirwana,
Purnama
bulat bundar memerah saga,
Melendirkan
darah kangkam galih,
Bergejolak
dendam asmara.
Jurus pembuka ‘kenya nyebelin’,
Kangkam meluruk bak anak panah meninggalkan gondewa,
Belum habis dipenghujung, kangkam galih meliuk,
Menebar jurus kedua ‘kenya bawel’, angin terbelah
meliuk ketanah.
Udara
bau tanah yang kerontang,
Sang
Kenya ‘Syair Senja’ menarik kangkam,
Menebas
bayangan dalam jurus Kenya ‘cerewet’, mencelat dalam pusaran Kenya ‘pelupa’,
Kangkam
mencericit menebar kematian, dalam hentakan Kenya ‘cemburuan’.
Sebatang ranting papas,
Saat Kenya ‘egois’ mengiris,
Tubuh sintal meliuk dalam tarian,
Jurus Kenya ‘suka malu-maluin’.
Bintang kemukus dibungkus
awan, Syair Senja tak henti memainkan kangkam,
Melesat
sebat dalam jurus bersamaan, Kenya ‘sok pintar’ mengawang, Kenya ‘sok cantik’ meluruk,
Tubuh
ramping berputaran diudara, menerapkan Kenya ‘sok caper’,
Mendarat
tanpa suara ‘tebar pesona’.
Medio, 12 April 2018 pukul 15:33
( Dinukil dari goresan Chinta Syair
Senja )
KANGKAM BIRAHI
By. Kangkam Galih Pamungkas
Kau bak pelangi terbaring
diawan,
Gemulai, kemilau bak pualam,
Membarakan kangkam galihku
Dalam gejolak bara keliaran.
Gondewa
sepasang kulumat,
Menyusuri
tebing terjal,
Dalam jilat
asmara mendebarkan,
Lenguhmu
jelas tergambar.
Tatapmu resah penuh gelisah,
Saat jaritmu kulempar jauh,
Dan jemari menari-nari,
Dipadang masar.
Kangkam
terserabut,
Kau meliuk,
Kangkam
menikam,
Kau
menggeletar.
Kangkam meluruk, disecupak
tanah garapan,
Kau kian binal,
Kangkam tercabut,
Kau kian melejar.
Embun
dikeningmu menguar,
Dalam lenguh,
Dalam
rintihan yang samar,
Dalam nikmat
puncak penantian.
Dan
Kangkam menikam,
Kau terkapar,
Kangkam tersuruk,
Kau terhampar.
Kangkam
tenggelam didalam kolam.
Medio, 12 April 2018 pukul 17:01
KANGKAM SEPOTONG HATI
By. Kangkam Galih Pamungkas
Aku bukan Mpu Barada bukan
pula Mpu Supa,
Kutempa sebilah kangkam, dari
sepotong hatiku,
Bilahnya sepotong hati lain,
Yang galih karena resahku.
Kuraut kasihmu,
kulukis cintamu,
Jadi warangka
yang bertatahkan kembang,
Cempaka
disisi kiri, edelweis disisi kanan,
Harumkan
kangkam.
Kusepuh kangkam dengan binary
cahaya matamu,
Kumandikan dengan bunga
kasihmu,
Kangkam sebilah hati,
Berseri bagai mentari.
Medio, 13 April 2018 pukul 14:18
KANGKAM ASMARA
By. Kangkam Galih Pamungkas
Kangkam berkelebat digerimis nan raib,
Cahaya berenang hampari tilam asmara,
Adamar remang kilapi anglep parasmu,
Ber-adus peluh menyelimuti tubuh.
Kau adhahi kangkamku dengan
cinta,
Menggeledak dalam rajut abilasa,
Kecamuk desah melebur erangan,
Memainkan kidung olah asmara.
Kita sepasang kuda dipadang ilalang,
Berpacu melumat bergumulan,
Kita sepasang bintang dan sasmita,
Menumpah bercak noda berkemulan.
Kau baiduri bidadari anjasmara,
Memerik anala lukis
keseimbangan,
Bawaku mendaki tebing purnama,
Labuhkan digugus bintang
asmaralaya.
Medio, 14 April 2018 Pukul 13:24
KANGKAM ASMARA
By. Kangkam Galih Pamungkas
Kangkam berkelebat digerimis nan raib,
Cahaya berenang hampari tilam asmara,
Adamar remang kilapi anglep parasmu,
Ber-adus peluh menyelimuti tubuh.
Kau adhahi kangkamku dengan
cinta,
Menggeledak dalam rajut abilasa,
Kecamuk desah melebur erangan,
Memainkan kidung olah asmara.
Kita sepasang kuda dipadang ilalang,
Berpacu melumat bergumulan,
Kita sepasang bintang dan sasmita,
Menumpah bercak noda berkemulan.
Kau baiduri bidadari anjasmara,
Memerik anala lukis
keseimbangan,
Bawaku mendaki tebing purnama,
Labuhkan digugus bintang
asmaralaya.
Medio, 14 April 2018 Pukul 13:24
KANGKAM SETANGGI CINTA
By. Kangkam Galih Pamungkas – Reka Raffaela
Diperaduan remang,
Kuhanyutkan kau dalam dekapku,
Menarikan asmaragama dibalik pelita,
Kutikam kau dalam hempasan,
Menawarkan nikmat madu cinta,
Pada akhirnya kita teguk
bersama.
Sementara,
Parasmu indah tak terlukiskan,
Menyenandungkan desah dalam getaran,
Di iringi symphoni penuh erangan.
Masih aku tak henti,
Merangkai binalmu sang kuda
liar,
Beribu gelombang kuhentakan,
Kau menari dalam tikaman.
Dan
Gending desahmu, mengalun mesra,
Tembang erangmu, merah membara,
Meliuk terhempas bangkit mengulang,
Bagai liukan daunan diatas dahan.
Asap setanggi harum menguar,
Dalam aroma tubuh menguar,
Menebar, menyebar,
Gelisah tak sampai-sampai.
Denyut waktu tak juga henti,
Mengiring tari sepasang insane,
Dan penuh keliaran aku tikamkan,
Dalam desahmu turut menghantar.
Dan tilam menjelma kolam
Pada hempasan yang penetuan,
Kucangkul secupak tanah garapan,
dalam nguar rintih penghabisan
Dan kau tenggelam dalam pelukan.
Medio, 14 April 2018 pukul 05:30
KANGKAM PENGADUAN
By. Kangkam Galih Pamungkas
Bismillah….
Aku tergetar,
Gema adzan menggema diwajah sungai,
Mengusap ke-alfa-an yang tenggelam.
Bismillah….
Basuh sekujur tubuh dengan air
nan suci,
Sisa tangisan langit diderai
hujan,
Kubuang segala resah dalam
wudhuku.
Angin buritan diatas tongkang, kidungan diperahu nelayan,
Aku bersimpuh dalam sujud ruku ku,
Riak air ditepian, tembangan dikepak burung burung camar,
Aku hanyut dalam qunutku.
Kutumpahkan sebait do’a
Membumbung ke cakrawala,
Kualunkan permohonan,
Pada kalam pengaduan.
Nun Engkau Yang Mahaagung,
Pencipta laut dan gunung,
Engkau Yang Mahasuci,
Pemberi hidup dan juga mati.
Aku terjajar dalam bilah do’a
Aku tersungkur pada pengharapan,
Aku tertatih dikekhilafan,
Aku terkapar dalam pengaduan.
Medio, 14 April 2018 pukul 06:27
KANGKAM PAMUNGKAS
By. Kangkam Galih Pamungkas
Kembara usai disepenggalah pagi,
Ditatap muram nan penat,
Cahaya mata teramat nanar,
Tak ada lagi sekedar binary.
Serasa lusuh seluruh tubuh,
Bermandi kelelahan menjemukan,
Ingin kulipat jadi kenangan,
Kutinggalkan pada ingatan.
Kaki tersaruk-saruk
Penuh lumpur dan berdebu,
Peluh berpilin dikumal baju,
Terseok langkah meninggalkanmu.
Langit pagi yang muram,
Menuangkan derai hujan sepanjang
jalan,
Membasah, terhampar dikeheningan
Membungkus sukma dikesemuan.
Medio, 14 April 2018 Pukul 19:05
KANGKAM SEBATANG GLAGAH
By. Kangkam Galih Pamungkas
Bau tanah basah menyeruak,
sisa derai hujan sesaat lalu,
Kabut putih bagai bunga es,
muncul memeluk daku,
Segaris senyum melengkung
dibibirku,
Sebatang rumput liar itu, Aku
Kangkam glagah menyendiri
diatas batu.
Kabut yang
masih mendekap,
Membuatku
gigil, namun lebih gigil jiwaku,
Kau bekukan
sukmaku tanpa peri.
Dalam bisu
keraguanmu,
Sebatang
glagah itu, Aku
Runduk dalam genangan duka,
kapar dalam tikam luka.
Kangkam tergeletak di bantala
pagi sunyi,
Kangkam pedih tanpa sukma,
Kangkam itu menjelma glagah,
Kangkam yang tercerabut
jiwanya.
Kangkam
glagah itu, Aku
Medio, 16 April 2018
KANGKAM GELISAH
By. Kangkam Galih Pamungkas
Apa yang menyaru datang
padamu,
Hadirkan gelisah tak tentu,
Kau sapa mentari, lupakan
cahayan
Kau sapa senja, lupakan
petang.
Apa yang
memelukmu hingga kau ragu,
Berharap
malam datang dank au ingin tenggelam,
Kenapa tak
kita hangatkan serapiha, dalam peluk kerinduan,
Knapa tak kau
suguhkan, sepoci cinta diatas pinggan.
Jemarimu yang kurindu, mainkan
atas tubuhku,
Bangkitkan asmara hingga
menyala,
Mari amparkan tilam kemesraan,
Agar gelisahmu hangus
terbakar.
Medio, 17 April 2018
AUDYA NAMAMU
By. Kangkam Galih
Pamungkas
Audya nama itu,
Kugoreskan ditubuh pedang,
Kangkam cinta nirwana,
Menebar keharuman cempaka.
Audya berparas ayu,
Kulukis wajah elokmu, diwarangka
pedang
Kugantung dipunggung,
Serasa mendekapku.
Kangkam terpukau dalam bayangan,
Gelisah menyimpan harapan,
Kangkam terpaku dalam khayalan,
Bersandingkan engkau.
Medio, 12 April 2018
Tentang Kangkam Galih Pamungkas :
Dilahirkan di Jakarta pada 22 Oktober 1963, dengan nama
Gunawan Budiraharjo. Anak ketiga pasangan Yakub Soprodjo dan Ijah ini sejak
kecil memiliki kesukaan menulis Puisi, Cerpen dan Novel Silat.
Dunia seni sudah banyak digeluti, sejak remaja pria yang
kerap di sapa Ghea ini sudah menampakan bakat seninya, melukis, menari, menyanyi
hingga menjadi vokalis group band yang dibentuk bersama teman-teman di era 90
an, menjadi penyiar disalah satu radio swasta mengasah bakat lain sebagai MC
dibeberapa event.
Mengenyam pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan
tinggi dikota kembang Bandung membuat laki-laki yang juga pemegang sabuk Hitam
Dan II Karate-Do ini, kental berbahasa Sunda. Dalam beberapa puisi yang
dibuatnya Kangkam menuangkan pikirannya dalam bahasa daerah tatar Pasundan
tersebut.
Dalam menuangkan buah pikirannya Kangkam dapat dibilang
NYLENEH, puisi berbau seksualitas kerap jadi bahan tulisannya, hal ini
dipengaruhi hobi membacanya.
Proses pendewasaan pula yang pada akhirnya Kangkam
menulis beberapa puisi berdasar ajaran Islam yang dianutnya, dan dari beberapa
sumber yang dibaca.
Di dunia maya selain menggunakan nama Kangkam, dia
memiliki beberapa akun FB dengan Nama : Ghea Respati Gunawan, Reka Raffaela, Raffaela
Reka, Cempaka Ayu, Busur Ayu, Kasandra Pamela Anjarani dan Kian Santang ini tak
pernah berhenti menuliskan Hobinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar