Minggu, 27 Mei 2018

KUMPULAN PUISI KARYA KANGKAM GALIH PAMUNGKAS

10 PUISI - KANGKAM GALIH PAMUNGKAS


LIST PUISI :

1.      11 JURUS KANGKAM KENYA
2.       KANGKAM BIRAHI
3.       KANGKAM SEPOTONG HATI
4.       KANGKAM ASMARA
5.       KANGKAM SETANGGI CINTA
6.       KANGKAM PENGADUAN
7.       KANGKAM PAMUNGKAS
8.       KANGKAM SEBATANG GLAGAH
9.       KANGKAM GELISAH
10.     AUDYA NAMAMU


11 JURUS KANGKAM KENYA
By. Kangkam Galih Pamungkas

Alup srigala ngambah nirwana,
Purnama bulat bundar memerah saga,
Melendirkan darah kangkam galih,
Bergejolak dendam asmara.

Jurus pembuka ‘kenya nyebelin’,
Kangkam meluruk bak anak panah meninggalkan gondewa,
Belum habis dipenghujung, kangkam galih meliuk,
Menebar jurus kedua ‘kenya bawel’, angin terbelah meliuk ketanah.

Udara bau tanah yang kerontang,
Sang Kenya ‘Syair Senja’ menarik kangkam,
Menebas bayangan dalam jurus Kenya ‘cerewet’, mencelat dalam pusaran Kenya ‘pelupa’,
Kangkam mencericit menebar kematian, dalam hentakan Kenya ‘cemburuan’.

Sebatang ranting papas,
Saat Kenya ‘egois’ mengiris,
Tubuh sintal meliuk dalam tarian,
Jurus Kenya ‘suka malu-maluin’.

Bintang kemukus dibungkus awan, Syair Senja tak henti memainkan kangkam,
Melesat sebat dalam jurus bersamaan, Kenya ‘sok pintar’ mengawang, Kenya ‘sok cantik’ meluruk,
Tubuh ramping berputaran diudara, menerapkan Kenya ‘sok caper’,
Mendarat tanpa suara ‘tebar pesona’.

Medio, 12 April 2018 pukul 15:33

( Dinukil dari goresan Chinta Syair Senja )



KANGKAM BIRAHI
By. Kangkam Galih Pamungkas

Kau bak pelangi terbaring diawan,
Gemulai, kemilau bak pualam,
Membarakan kangkam galihku
Dalam gejolak bara keliaran.

Gondewa sepasang kulumat,
Menyusuri tebing terjal,
Dalam jilat asmara mendebarkan,
Lenguhmu jelas tergambar.

Tatapmu resah penuh gelisah,
Saat jaritmu kulempar jauh,
Dan jemari menari-nari,
Dipadang masar.
Kangkam terserabut,
Kau meliuk,
Kangkam menikam,
Kau menggeletar.
Kangkam meluruk, disecupak tanah garapan,
Kau kian binal,
Kangkam tercabut,
Kau kian melejar.

Embun dikeningmu menguar,
Dalam lenguh,
Dalam rintihan yang samar,
Dalam nikmat puncak penantian.

Dan
Kangkam menikam,
Kau terkapar,
Kangkam tersuruk,
Kau terhampar.
                Kangkam tenggelam didalam kolam.


Medio, 12 April 2018 pukul 17:01



KANGKAM SEPOTONG HATI
By. Kangkam Galih Pamungkas

Aku bukan Mpu Barada bukan pula Mpu Supa,
Kutempa sebilah kangkam, dari sepotong hatiku,
Bilahnya sepotong hati lain,
Yang galih karena resahku.

Kuraut kasihmu, kulukis cintamu,
Jadi warangka yang bertatahkan kembang,
Cempaka disisi kiri, edelweis disisi kanan,
Harumkan kangkam.

Kusepuh kangkam dengan binary cahaya matamu,
Kumandikan dengan bunga kasihmu,
Kangkam sebilah hati,
Berseri bagai mentari.

Medio, 13 April 2018 pukul 14:18



KANGKAM ASMARA
By. Kangkam Galih Pamungkas

Kangkam berkelebat digerimis nan raib,
Cahaya berenang hampari tilam asmara,
Adamar remang kilapi anglep parasmu,
Ber-adus peluh menyelimuti tubuh.

Kau adhahi kangkamku dengan cinta,
Menggeledak dalam rajut abilasa,
Kecamuk desah melebur erangan,
Memainkan kidung olah asmara.

Kita sepasang kuda dipadang ilalang,
Berpacu melumat bergumulan,
Kita sepasang bintang dan sasmita,
Menumpah bercak noda berkemulan.

Kau baiduri bidadari anjasmara,
Memerik anala lukis keseimbangan,
Bawaku mendaki tebing purnama,
Labuhkan digugus bintang asmaralaya.

Medio, 14 April 2018 Pukul 13:24              




KANGKAM ASMARA
By. Kangkam Galih Pamungkas

Kangkam berkelebat digerimis nan raib,
Cahaya berenang hampari tilam asmara,
Adamar remang kilapi anglep parasmu,
Ber-adus peluh menyelimuti tubuh.

Kau adhahi kangkamku dengan cinta,
Menggeledak dalam rajut abilasa,
Kecamuk desah melebur erangan,
Memainkan kidung olah asmara.

Kita sepasang kuda dipadang ilalang,
Berpacu melumat bergumulan,
Kita sepasang bintang dan sasmita,
Menumpah bercak noda berkemulan.

Kau baiduri bidadari anjasmara,
Memerik anala lukis keseimbangan,
Bawaku mendaki tebing purnama,
Labuhkan digugus bintang asmaralaya.

Medio, 14 April 2018 Pukul 13:24             





KANGKAM SETANGGI CINTA
By. Kangkam Galih Pamungkas – Reka Raffaela

Diperaduan remang,
Kuhanyutkan kau dalam dekapku,
Menarikan asmaragama dibalik pelita,

Kutikam kau dalam hempasan,
Menawarkan nikmat madu cinta,
Pada akhirnya kita teguk bersama.

Sementara,
Parasmu indah tak terlukiskan,
Menyenandungkan desah dalam getaran,
Di iringi symphoni penuh erangan.

Masih aku tak henti,
Merangkai binalmu sang kuda liar,
Beribu gelombang kuhentakan,
Kau menari dalam tikaman.

Dan
Gending desahmu, mengalun mesra,
Tembang erangmu, merah membara,
Meliuk terhempas bangkit mengulang,
Bagai liukan daunan diatas dahan.

Asap setanggi harum menguar,
Dalam aroma tubuh menguar,
Menebar, menyebar,
Gelisah tak sampai-sampai.

Denyut waktu tak juga henti,
Mengiring tari sepasang insane,
Dan penuh keliaran aku tikamkan,
Dalam desahmu turut menghantar.

Dan tilam menjelma kolam
Pada hempasan yang penetuan,
Kucangkul secupak tanah garapan, dalam nguar rintih penghabisan
Dan kau tenggelam dalam pelukan.

Medio, 14 April 2018 pukul 05:30




KANGKAM PENGADUAN
By. Kangkam Galih Pamungkas

Bismillah….
Aku tergetar,
Gema adzan menggema diwajah sungai,
Mengusap ke-alfa-an yang tenggelam.

Bismillah….
Basuh sekujur tubuh dengan air nan suci,
Sisa tangisan langit diderai hujan,
Kubuang segala resah dalam wudhuku.

Angin buritan diatas tongkang, kidungan diperahu nelayan,
Aku bersimpuh dalam sujud ruku ku,
Riak air ditepian, tembangan dikepak burung burung camar,
Aku hanyut dalam qunutku.

Kutumpahkan sebait do’a
Membumbung ke cakrawala,
Kualunkan permohonan,
Pada kalam pengaduan.

Nun Engkau Yang Mahaagung,
Pencipta laut dan gunung,
Engkau Yang Mahasuci,
Pemberi hidup dan juga mati.

Aku terjajar dalam bilah do’a
Aku tersungkur pada pengharapan,
Aku tertatih dikekhilafan,
Aku terkapar dalam pengaduan.



Medio, 14 April 2018 pukul 06:27



KANGKAM PAMUNGKAS
By. Kangkam Galih Pamungkas

Kembara usai disepenggalah pagi,
Ditatap muram nan penat,
Cahaya mata teramat nanar,
Tak ada lagi sekedar binary.

Serasa lusuh seluruh tubuh,
Bermandi kelelahan menjemukan,
Ingin kulipat jadi kenangan,
Kutinggalkan pada ingatan.

Kaki tersaruk-saruk
Penuh lumpur dan berdebu,
Peluh berpilin dikumal baju,
Terseok langkah meninggalkanmu.

Langit pagi yang muram,
Menuangkan derai hujan sepanjang jalan,
Membasah, terhampar dikeheningan
Membungkus sukma dikesemuan.

Medio, 14 April 2018 Pukul 19:05



KANGKAM SEBATANG GLAGAH
By. Kangkam Galih Pamungkas

Bau tanah basah menyeruak, sisa derai hujan sesaat lalu,
Kabut putih bagai bunga es, muncul memeluk daku,
Segaris senyum melengkung dibibirku,
Sebatang rumput liar itu, Aku
Kangkam glagah menyendiri diatas batu.
Kabut yang masih mendekap,
Membuatku gigil, namun lebih gigil jiwaku,
Kau bekukan sukmaku tanpa peri.
Dalam bisu keraguanmu,
Sebatang glagah itu, Aku
Runduk dalam genangan duka, kapar dalam tikam luka.
Kangkam tergeletak di bantala pagi sunyi,
Kangkam pedih tanpa sukma,
Kangkam itu menjelma glagah,
Kangkam yang tercerabut jiwanya.
                Kangkam glagah itu, Aku

Medio, 16 April 2018



KANGKAM GELISAH
By. Kangkam Galih Pamungkas

Apa yang menyaru datang padamu,
Hadirkan gelisah tak tentu,
Kau sapa mentari, lupakan cahayan
Kau sapa senja, lupakan petang.
Apa yang memelukmu hingga kau ragu,
Berharap malam datang dank au ingin tenggelam,
Kenapa tak kita hangatkan serapiha, dalam peluk kerinduan,
Knapa tak kau suguhkan, sepoci cinta diatas pinggan.
Jemarimu yang kurindu, mainkan atas tubuhku,
Bangkitkan asmara hingga menyala,
Mari amparkan tilam kemesraan,
Agar gelisahmu hangus terbakar.

Medio, 17 April 2018




AUDYA NAMAMU
By. Kangkam Galih Pamungkas

Audya nama itu,
Kugoreskan ditubuh pedang,
Kangkam cinta nirwana,
Menebar keharuman cempaka.
Audya berparas ayu,
Kulukis wajah elokmu, diwarangka pedang
Kugantung dipunggung,
Serasa mendekapku.
Kangkam terpukau dalam bayangan,
Gelisah menyimpan harapan,
Kangkam terpaku dalam khayalan,
Bersandingkan engkau.


Medio, 12 April 2018



Tentang Kangkam Galih Pamungkas :
Dilahirkan di Jakarta pada 22 Oktober 1963, dengan nama Gunawan Budiraharjo. Anak ketiga pasangan Yakub Soprodjo dan Ijah ini sejak kecil memiliki kesukaan menulis Puisi, Cerpen dan Novel Silat.
Dunia seni sudah banyak digeluti, sejak remaja pria yang kerap di sapa Ghea ini sudah menampakan bakat seninya, melukis, menari, menyanyi hingga menjadi vokalis group band yang dibentuk bersama teman-teman di era 90 an, menjadi penyiar disalah satu radio swasta mengasah bakat lain sebagai MC dibeberapa event.
Mengenyam pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi dikota kembang Bandung membuat laki-laki yang juga pemegang sabuk Hitam Dan II Karate-Do ini, kental berbahasa Sunda. Dalam beberapa puisi yang dibuatnya Kangkam menuangkan pikirannya dalam bahasa daerah tatar Pasundan tersebut.
Dalam menuangkan buah pikirannya Kangkam dapat dibilang NYLENEH, puisi berbau seksualitas kerap jadi bahan tulisannya, hal ini dipengaruhi hobi membacanya.
Proses pendewasaan pula yang pada akhirnya Kangkam menulis beberapa puisi berdasar ajaran Islam yang dianutnya, dan dari beberapa sumber yang dibaca.
Di dunia maya selain menggunakan nama Kangkam, dia memiliki beberapa akun FB dengan Nama : Ghea Respati Gunawan, Reka Raffaela, Raffaela Reka, Cempaka Ayu, Busur Ayu, Kasandra Pamela Anjarani dan Kian Santang ini tak pernah berhenti menuliskan Hobinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar